Headlines News :
Home » » Kecil-Kecil kok Galak

Kecil-Kecil kok Galak

Written By SDIT AL-FATHIMIYYAH on Senin, 21 Juli 2014 | 09.15

Dari wajahnya yang lucu menggemaskan, orang-orang tidak akan menyangka Kiara, 27 bulan, bisa menjadi mahluk kecil yang ”menggentarkan”. Anak perempuan ini seringkali menjambak rambut temannya, mencakar, dan memukul. ”Kalau Kiara sedang bermain dengan temannya, biasanya saya mengawasinya. Seringkali temannya menangis karena dipukul atau dijambak Kiara. Terkadang karena rebutan mainan, kadang malah tanpa alasan jelas,” tutur Novita, mama Kiara.

Usia Kiara, tergolong dalam usia batita (1-3 tahun) yang merupakan usia peralihan antara babyhood (2 minggu sampai 2 tahun) dan awal dari masa kanak-kanak awal (early childhood, 2-6 tahun). Pada tahap ini, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari berbagai sisi. Secara mental-kognitif, emosi-sosial, moral, serta kepribadian. Penambahan kosakata yang pesat merupakan tanda perkembangan bahasa sehingga anak mulai bisa berkomunikasi secara verbal atau mengekspresikan diri melalui bahasa. Psikomotorik halus maupun kasar anak juga tentunya juga berkembang seiring pertumbuhannya.

Menurut Alzena Masykouri, M.Psi, psikolog klinis anak dari Klinik Kancil, batita dan balita belum memiliki kendali untuk mengatur perilakunya. Mereka tidak dapat menahan emosi, dan juga belum bisa membedakan mana sikap yang baik atau salah. “Biasanya, anak menampilkan perilaku yang dilihatnya. Sesuai rumus perilaku, maka perilaku agresif atau kasar pun akan menetap bila anak mendapatkan penguatan. Misalnya, jika anak selalu mendapatkan keinginannya saat dia perilaku kasar, atau saat dia mendapatkan respon yang menarik perhatiannya,” tambahnya. Respon tersebut bisa dalam bentuk dimarahi atau ditertawakan.

Verbal dan NonvebalPerilaku kasar atau agresif pada batita bisa terwujud dalam bentuk perilaku yang menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun nonfisik (verbal), disengaja atau tidak sengaja, lanjut Alzena. Karena perkembangan bahasa pada anak yang belum sempurna, maka agresivitas batita umumnya terwujud secara nonverbal atau fisik. Tidak heran jika Anda menemui si kecil yang suka memukul, menggigit, menjambak, mendorong, mencubit, mencakar, dan berlaku kasar lainnya secara fisik. Tidak hanya kepada temannya, tetapi juga pada Anda–misalnya jika kemauannya tidak dituruti. Meski tergolong wajar pada rentang usia ini, perilaku agresif sebaiknya segera ditangani karena dapat berpengaruh pada temperamen dan kepribadiannya. Perkembangan konsep diri anak dapat menjadi negatif di kemudian hari.

Saat Anda terkejut mendengar si kecil mengeluarkan kata-kata kasar atau yang tidak sepantasnya keluar dari mulut batita, jangan dulu langsung memarahinya. Kata-kata kasar biasanya didapat anak dari interaksinya bersama orang dewasa atau anak lain. “Anak mengatakan kata-kata kasar dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian. Sebenarnya dia tidak memahami apa arti kata itu. Jadi lebih baik kita tidak memberikan reaksi apapun (pura-pura tidak mendengar) bila anak berkata kasar/jorok,” jelas psikolog yang juga merupakan ibu dari seorang anak perempuan ini. Bila tidak mendapatkan respon yang menguatkan, anak tidak akan tertarik untuk mengulangi lagi kata-kata tersebut.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Blog wali murid sdit al-fathimiyyah - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template